Untuk menambah pemahaman Anda tentang
kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia dari awal berdirinya, letak
geografis dan perkembangannya dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan
budaya dapat Anda simak pada uraian materi berikut ini.
1.
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Islam yang
pertama.
Mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini tidak diketahui secara pasti.
Akan tetapi menurut pendapat Prof. A. Hasymy, berdasarkan naskah tua yang
berjudul Izhharul Haq
yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang,
sudah
ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan abad ke-9.
Perlak berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah keamanannya tidak
stabil
maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke
Pasai,
akhirnya Perlak mengalami kemunduran.
Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang bernama Marah
Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan Pasai. Dan
kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra Pasai.Kerajaan
Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh
rangkuman::
1. Kerajaan Samudra Pasai berkembang pada abad Abad 13 yang terletak di
daerah Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara.
2. Keberadaan kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan adanya
a. Catatan Marcopolo dari Venetia.
b. Catatan Ibnu Batulah dari Maroko.
c. Batu nisan Sultan Malik al-Saleh.
d. Jirat Putri Pasai.
3. Peranan Samudra Pasai dalam bidang perdagangan adalah Dengan letak
yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan
maritim dan memiliki hegemoni atas pelabuhan-pelabuhan yang penting di
Pesisir
Pantai Barat Sumatera serta berkembang sebagai Bandar Transito.
4. Nilai yang dapat diambil dari
keberadaan kerajaan Samudra Pasai
adalah Nilai keterbukaan dan kebersamaan dan penghormatan kepada setiap
golongan
masyarakat serta prinsip kepemimpinan yang dekat dengan rakyat.
5. Raja-raja yang memerintah di Samudra Pasai antara lain
Sultan Malik al-Saleh (1285 – 1297).
Sultan Muhammad (Malik al-Tahir I).
Sultan Ahmad (Malik al-Tahir II).
Sultan Zaenal Abidin (Malik al-Tahir III).
2.
Kerajaan Demak
Demak pada masa sebelumnya sebagai
suatu daerah yang dikenal dengan nama
Bintoro
atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan
Majapahit.
Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja
Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.
Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota
dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan
bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap
Majapahit.
Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di
pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis
terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di
muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan
Laut Muria.
(sekarang Laut Muria sudah
merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).
Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di
mana Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan
Mataram
(Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan
yang
penting bagi kerajaan Demak.
3.Kerajaan
Banten
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian
materi tentang kerajaan Demak, bahwa daerah ujung barat pulau
Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di
bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah
kekuasaan Demak.
Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan
kepada
putranya yang bernama Hasannudin, sedangkan Fatahillah sendiri menetap di
Cirebon,
dan lebih menekuni hal keagamaan.
Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan
dasardasar
pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama,
memerintah tahun 1552 – 1570.
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi
Timur Selat
Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk perdagangan
nasional.
Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten dapat melepaskan diri dari kerajaan
Demak, sehingga Banten dapat berkembang cukup pesat dalam berbagai bidang
kehidupan. Untuk lebih jelasnya, simaklah uraian materi tentang kehidupan
politik Banten
berikut ini.
Silsilah Raja-raja Banten
1. Sultan Hasannudin (1552 – 1570)
↓
2. Panembahan Yusuf (1570 – 1580)
↓
3. Maulana Muhammad (1580 – 1596)
↓
4. Abulmufakir (1596 – 1640)
↓
5. Abumaali Achmad (1640 – 1651)
↓
6. Sultan Abdul Fatah/Sultan Ageng Tirtayasa (1651 – 1682)
↓
7. Abdulnasar Abdulkahar/Sultan Haji (1682 – 1687)
3.
Kerajaan
Mataram
Nama kerajaan Mataram tentu sudah pernah
Anda dengar sebelumnya dan ingatan Anda
pasti tertuju pada kerajaan Mataram wangsa Sanjaya dan Syailendra pada zaman Hindu-Budha.
Kerajaan Mataram yang akan dibahas dalam modul ini, tidak ada hubungannya
dengan kerajaan Mataram zaman Hindu-Budha. Mungkin hanya kebetulan nama yang
sama.
Dan secara kebetulan keduanya berada pada lokasi yang tidak jauh berbeda
yaitu Jawa Tengah Selatan.
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang
dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran
Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas
jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar
belakang munculnya kerajaan Pajang.
Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada
raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal
tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut.
Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi
perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri,
Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.
Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan
diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta bantuan kepada
Sutawijaya.
Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka perang saudara dapat diatasi dan
karena ketidakmampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan
takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan
sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan Mataram.
Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan
pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.
Dari penjelasan tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham,
untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan kerajaan Mataram, maka
simaklah uraian materi berikut ini.
1.latar belakang berdirinya kerajaan Mataram!
Berdirinya kerajaan Mataram tidak terlepas dari perang saudara di Pajang.
Karena setelah kematian Pangeran Hadiwijaya, raja Pajang, maka terjadi
perebutan kekuasaan antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya
Pangiri keturunan Pangeran Trenggono. Untuk menghadapi Arya Pangiri, Pangeran
Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya, sehingga Sutawijaya berhasil
mengatasi perebutan kekuasaan tersebut.
Atas jasanya secara sukarela Pangeran Benowo
menyerahkan
takhta Pajang kepada Sutawijaya sehingga Sutawijaya mendirikan kerajaan
Mataram.
2.Tindakan-tindakan Sultan Agung sebagai raja Mataram!
-Menundukkan daerah-daerah yang melepaskan diri untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
-Mempersatukan daerah-daerah kekuasaannya melalui ikatan perkawinan.
-Melakukan penyerangan terhadap VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629.
-Memajukan ekonomi Mataram.
-Memadukan unsur-unsur budaya Hindu, Budha dan Islam.
3. Sebab-sebab kehancuran dari
kerajaan Mataram!
-Tidak adanya raja-raja yang cakap seperti Sultan Agung.
-Banyaknya daerah-daerah yang melepaskan diri.
-Adanya campur tangan VOC terhadap pemerintahan Mataram.
-Adanya politik pemecah-belah VOC melalui perjanjian Gianti 1755 dan Salatiga 1757.
5. Kerajaan Gowa -
Tallo
Gambar 2.10 merupakan peta Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan pada abad 16
terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan
Sidenreng. Untuk mengetahui letak kerajaan-kerajaan tersebut, silahkan Anda
amati gambar 2.10 tersebut .
Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun
1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan
kerajaan Makasar.
Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih
digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat
strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan
daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal
dari Indonesia Timur maupun yang berasal dari Indonesia Barat.
Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi
kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Maka untuk
menambah
pemahaman Anda tentang perkembangan kerajaan Makasar tersebut, silahkan simak
uraian materi berikut ini.
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Rebandang dari
Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi
Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam.
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja Gowa)
yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 - 1639 dan dibantu
oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah.
Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai
kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Malekul
Said (1639 –1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya
Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai
daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan
perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat.
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi
asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan
oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia
(pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makasar.
Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin
dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut
terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin
terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan
melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah
kekuasaan Makasar).
Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan
kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya
Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan
Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat
merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti
Bone dan pulau-pulau
di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap
Belanda
tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra
Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara
besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar,
dan Makasar mengalami kehancurannya.
1. 3 faktor yang menjadikan
Makasar berkembang sebagai pusat
-Letaknya strategis di jalur perdagangan internasional.
-Memiliki pelabuhan yang baik.
-Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511.
2. 2 dampak dari isi
perjanjian Bongaya dalam bidang politik terhadap kerajaan
-VOC berkuasa di Makasar.
-Daerah kekuasaan Makasar semakin sempit karena banyak daerah-daerah yang
melepaskan diri.
3. Akibat kekalahan Makasar
terhadap Belanda antara lain:
-Peranan
Makasar sebagai penguasa pelayaran dan perdagangan di Indonesia
Timur berakhir.
-Belanda dapat menguasai Makasar yang berarti menguasai perdagangan di
Indonesia Timur.
6.Kerajaan Ternate - Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku adalah
kepualuan yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah
pulaunya ratusan dan merupakan pulau yang bergunung-gunung serta keadaan tanahnya
subur.
Kehidupan Politik Kepulauan Maluku
terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia.
Rempah-rempah tersebut menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran dan
perdagangan pada abad 15 – 17. Demi kepentingan penguasaan perdagangan
rempahrempah tersebut, maka mendorong terbentuknya persekutuan daerah-daerah
di Maluku Utara yang disebut dengan Ulilima dan Ulisiwa.
Ulilima berarti persekutuan lima bersaudara yang dipimpin oleh Ternate yang
terdiri dari Ternate, Obi, Bacan, Seram dan Ambon. Sedangkan Ulisiwa adalah
persekutuan Sembilan bersaudara yang terdiri dari Tidore, Makayan, Jailolo dan
pulau-pulau yang terletak di kepulauan Halmahera sampai Irian Barat.
Antara persekutuan Ulilima dan Ulisiwa tersebut terjadi persaingan.
Persaingan tersebut semakin nyata setelah datangnya bangsa Barat ke Kepulauan
Maluku.
Bangsa barat yang pertama kali datang adalah Portugis yang akhirnya bersekutu
dengan Ternate tahun 1512. Karena persekutuan tersebut maka Portugis
diperbolehkan mendirikan benteng di Ternate.
Bangsa Barat selanjutnya yang datang ke Maluku adalah bangsa Spanyol, sedangkan
Spanyol sendiri bermusuhan dengan Portugis. Karena itu kehadiran Spanyol di
Maluku, maka ia bersekutu dengwn Tidore.
Akibat persekutuan tersebut maka persaingan antara Ternate dengan Tidore
semakin tajam, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan antara keduanya yang
melibatkan Spanyol dan Portugis. Dalam peperangan tersebut Tidore dapat
dikalahkan oleh Ternate yang dibantu oleh Portugis.
Keterlibatan Spanyol dan Portugis pada perang antara Ternate dan Tidore, pada
dasarnya bermula dari persaingan untuk mencari pusat rempah-rempah dunia
sejak awal penjelajahan samudra, sehingga sebagai akibatnya Paus turun tangan
untuk membantu menyelesaikan pertikaian tersebut.
Usaha yang dilakukan Paus untuk menyelesaikan pertikaian antara Spanyol dan
Portugis adalah dengan mengeluarkan dekrit yang berjudul Inter caetera
Devinae, yang berarti Keputusan Illahi. Dekrit tersebut ditandatangani
pertama kali tahun 1494 di Thordessilas atau lebih dikenal dengan Perjanjian
Thordessilas. Dan selanjutnya setelah adanya persoalan di Maluku maka kembali
Paus mengeluarkan dekrit yang kedua yang ditandatangani oleh Portugis dan
Spanyol di Saragosa tahun 1528 atau disebut dengan Perjanjian Saragosa.
1. proses masuknya Islam di Maluku!
Maluku sebagai daerah kepulauan merupakan daerah yang subur terkenal sebagai
penghasil rempah terbesar. Untuk itu sebagai dampaknya banyak pedagang
pedagang yang datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Di
antara pedagang-pedagang tersebut terdapat pedagang-pedagang yang sudah
memeluk Islam sehingga secara tidak langsung Islam masuk ke Maluku melalui
perdagangan dan selanjutnya Islam disebarkan oleh para mubaligh salah satunya
dari Jawa.
2. usaha-usaha Portugis dalam rangka menguasai perdagangan di
Maluku.
-Portugis melaksanakan politik adu domba antara Ternate dan Tidore.
-Portugis mendirikan benteng di Maluku (menanamkan kekuasaannya di Maluku).
-Portugis melakukan monopoli
perdagangan di Maluku.
3. akibat dari perjanjian Saragosa bagi rakyat
Maluku!
-Maluku dikuasai oleh Portugis.
-Perdagangan Maluku dimonopoli oleh Portugis.
-Rakyau Maluku mengalami kesengsaraan.
-Rakyat Maluku mengangkat senjata melawan Portugis
|